Iman
Ar-Risalatul Qusyairiyah fi 'Ilmit Tashawwuf |
Iman menurut Abu Abdullah bin Khafif adalah
pembenaran hati terhadap sesuatu yang telah dijelaskan oleh Al-Haqq
tentang masalah-masalah gaib.
Dalam hal ini Imam Abu Abbas As-Sayyari berkata bahwa
pemberian Allah ada dua:
Karamah (kemuliaan) dan istidraj
(pengluluan,Jawa). Apa yang tetap dan ditetapkan Al-Haqq
kepada kamu adalah karamah, dan apa
yang lenyap darimu adalah istidraj. Karena
itu, katakan, “Saya
adalah orang mukmin insya Allah.”
Sahal bin Abdullah At-Tustari memandang bahwa orang mukmin dalam
memandang Allah dengan penglihatan
tanpa pagar dan pengetahuan yang tak berakhir. “Hati adalah sejumlah kesaksian Al-Haqq,”
kata Abu Husin An-Nuri, “dan kami belum
pernah melihat hati yang lebih rindu kepada Al-Haqq melebihi hati Muhammad SAW.
Karena itu, Allah memuliakannya dengan mi’raj yang bergerak dengan sangat
cepat. Kehadiran dalam mi’rajnya yang memandang Dzat dan kesempurnaan-Nya.”
Abu Utsman Al-Maghribi pernah
menuturkan pengalaman spiritualnya. “Suatu saat,” tuturnya, “saya pernah mempercayai keberadaan sesuatu
di sisi yang baru. Ketika saya tiba di Baghdad, kepercayaan itu hilang dari
hati saya, lalu saya menulis surat kepada teman-teman saya di Mekkah dan
mengatakan, ‘Sesungguhnya sekarang saya
menjadi seorang muslim yang baru.’ Pada kali
kesempatan lain, dia pernah ditanya oleh seseorang tentang penciptaan, lalu
menjawab, “…perubahan-perubahan (evolusi) dan bayangan-bayangan terdapat hukum Tuhan
yang berlaku kepada mereka.”
Al-Wasithi pernah berkata, “Ketika sejumlah ruh dan jasad berdiri
berjajar disisi Allah, keduanya Nampak
tidak dengan zatnya. Demikian pula halnya dengan getaran-getaran hati dan
gerakan-gerakan organ tubuh yang berdiri dengan Allah tanpa keberadaan zatnya, karena gerakan dan getaran hati
merupakan perpanjangan bagian dari jasad dan ruh.”
No comments:
Post a Comment