DASAR-DASAR TAUHID MENURUT KAUM
SUFI
Ar-Risalatul Qusyairiyah fi 'Ilmit Tashawwuf |
Ketahuilah, wahai
hamba-hamba yang di kasihi Allah, sesungguhnya para guru kaum sufi telah
membangun kaidah-kaidah ajaran sufi yang didasarkan atas perisip ketauhidan
yang benar.
Mereka menjaganya dari bid’ah, mendekatkannya dengan sesuatu yang mereka dapatkan dari para salaf (satu istilah pengelompokan umat secara periodik yang merujak pada golongan terdahulu, yaitu generasi para tabiin yang mengikuti jejak para pendahulunya) dan ahli sunnah (Rasulullah SAW dan para sahabat). Ajarannya tidak didapati unsur-unsur peryerupaan pada Al-Haqq (panteisme) dan peniadaan (ateisme). Mereka mendefinisikan segala sesuatu dengan penyandaran kepemilikan tunggal kepada Haqqul Qadam (alam yang baru adalah kepunyaan Dzat Yang Terdahulu), menyatakan sesuatu yang ada dengan sifat ketiadaan (ada yang bersifat nisbi).
Mereka menjaganya dari bid’ah, mendekatkannya dengan sesuatu yang mereka dapatkan dari para salaf (satu istilah pengelompokan umat secara periodik yang merujak pada golongan terdahulu, yaitu generasi para tabiin yang mengikuti jejak para pendahulunya) dan ahli sunnah (Rasulullah SAW dan para sahabat). Ajarannya tidak didapati unsur-unsur peryerupaan pada Al-Haqq (panteisme) dan peniadaan (ateisme). Mereka mendefinisikan segala sesuatu dengan penyandaran kepemilikan tunggal kepada Haqqul Qadam (alam yang baru adalah kepunyaan Dzat Yang Terdahulu), menyatakan sesuatu yang ada dengan sifat ketiadaan (ada yang bersifat nisbi).
Oleh karena itu, seorang
guru sufi terbesar, Imam Al-Junaid (Semoga Allah
selalu merahmatinya) berkata: “Tauhid adalah pengesaan pada Yang Lama dari yang baru.”
Beberapa ketentuan dasar hukum tentang akidah oleh sejumlah pembesar kaum sufi
telah digariskan berdasarkan dalil-dalil yang jelas dan kesaksian-kesaksian
yang tampak.
Dalam hal ini Imam Ahmad bin Muhammad Al-Junaid (Semoga Allah
selalu merahmatinya) berkata: “Barangsiapa (yang
keagamaannya) belum berdiri di atas (prinsip) ilmu tauhid dengan satu kesaksian dari berbagai kesaksian (pembuktian keesaan Tuhan yang didasarkan
pada keyakinan dan sikap yang nyata setelah memasuki alam logika yang benar), maka tapak-tapak kaki penipu pasti akan
menggelincirkannya ke lembah nafsu kerusakkan.”
Artinya, barangsiapa
yang berlindung pada prinsip taklid (pengekoran
pada suatu pendapat tanpa didasari pengertian dasar dan tujuannya) dan
tidak berfikir tentang dalil-dalil tauhid, maka dia akan jatuh dari jalan yang
dapat menyelamatkannya, yaitu sunnah Nabi, dan tertawan di lembah kerusakan.
Sedangkan bagi orang yang mau menenungkan beberapa kalimat dan ucapan para guru sufi lalu menelitinya dengan seksama, merenungkannya dengan sungguh-sungguh, maka pada beberapa pendapat, kesepakatan dan perbedaan di antara mereka akan dijumpai sesuatu yang akan memperkuat perenungannya, dengan satu kesimpulan bahwa suatu kaum tidak dapat melalaikan hakikat kebenaran (dalam proses pencarian hakikat) dari tujuan akhir dan tidak dapat mi’raj (rohaninya) ke langit dalam pencariannya dengan berpijak pada kelalaian.
Sedangkan bagi orang yang mau menenungkan beberapa kalimat dan ucapan para guru sufi lalu menelitinya dengan seksama, merenungkannya dengan sungguh-sungguh, maka pada beberapa pendapat, kesepakatan dan perbedaan di antara mereka akan dijumpai sesuatu yang akan memperkuat perenungannya, dengan satu kesimpulan bahwa suatu kaum tidak dapat melalaikan hakikat kebenaran (dalam proses pencarian hakikat) dari tujuan akhir dan tidak dapat mi’raj (rohaninya) ke langit dalam pencariannya dengan berpijak pada kelalaian.
No comments:
Post a Comment