Dzat Yang Al-Haqq
Ar-Risalatul Qusyairiyah fi 'Ilmit Tashawwuf 1 |
Beberapa guru spiritual thariqah
(guru sufi yang mengamalkan salah satu
aliran thariqah) ini berbicara tentang hakikat tauhid. Tauhid itu berkisar
pada pengEsaan Allah dan sifat-sifat-Nya.
“Sesungguhnya Allah, Dzat Yang Maha Suci adalah ada
(dengan sendirinya),” kata mereka, “Terdahulu,
Satu, Bijak, Kuasa, Maha Tahu, Maha Pemaksa, Pengasih, Penguasa Kehendak,
Mendengar, Maha Luhur, Maha Tinggi, Maha Bicara, Maha Melihat, Maha Pembesar,
Maha Pemberi Ketentuan, Maha Hidup, Esa, Tetap, dan tempat bergantung.”
Allah, Dzat Yang Maha Mengetahui
dengan pengetahuan-Nya sendiri,
Kuasa dengan kekuasaan-Nya,
berkehendak dengan kehendak-Nya,
mendengar dengan pendengaran-Nya,
melihat dengan penglihatan-Nya,
berbicara dengan pembicaraan-Nya,
hidup dengan kehidupan-Nya, dan
tetap dengan ketetapan-Nya.
Dia memiliki dua tangan sebagai sifat-Nya yang dengan keduanya menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Maha Suci Tuhan Allah atas pengkhususan-pengkhususan. Bagi-Nya wajah yang amat indah.
Sifat-sifat Dzat-Nya khusus dengan Dzat-Nya, tidak bisa dikatakan Dia (perempuan) adalah Dia (laki-laki), tidak juga Dia yang berubah-ubah, bahkan Dia (hiya) itu sendiri adalah sifat-Nya
yang azali
(terdahulu). Sifat-sifat-Nya kokoh dan panjang.
Dia sesungguhnya Esa dalam Dzat-Nya, tidak juga Dia
menyerupai makhluk-Nya. Dia tidak berjasad, beraga, berjiwa,
tak ada sifat-sifat yang lembut, tak tergambarkan dalam khayal, tidak terukur
dalam yang masuk akal, tidak berarah dan bertempat, tidak ada waktu dan zaman
yang menjalankannya dan tidak boleh dalam pensifatan-Nya mengurangi dan menambah.
Tidak ada bentuk dan
ukuran yang mencirikan-Nya, tidak
ada akhir dan batas yang memutuskan-Nya,
tak ada kejadian yang menindih-Nya,
tidak ada motivator yang membawa-Nya
pada perbuatan, tak ada warna dan keberadaan yang boleh mewarnai-Nya dan tak ada perpanjangan dan
bantuan yang menolong-Nya.
Sesuatu yang telah
ditentukan tidak bisa keluar dari ketentuan-Nya, yang tercipta tidak bisa terlepas dari hukum-Nya, bagaimana dan apa yang dibuat
oleh-Nya tidak tercela. Allah juga tidak boleh dikatakan “dimana dan
bagaimana Dia.”
Keberadaan-Nya tidak
dimulai, tidak juga bisa ditanyakan kapan keberadaan-Nya. Sifat kekal-Nya
tidak berakhir. Karena itu, Dia
dikatakan sebagai Dzat yang menyempurnakan ajal dan zaman, dan tidak boleh
dikatakan mengapa Dia berbuat dan
apa yang diperbuat, karena semua perbuatan-Nya
tidak mempunyai sebab atau alasan.
Tuhan, keberadaan-Nya tidak boleh dipertanyakan tentang
apa-Nya, karena bagi-Nya tidak berjenis sehingga membutuhkan
simbol-simbol dan ciri-ciri pembeda yang menandai bentuk-Nya. Dia dilihat tidak
dari sisi berhadapan yang berlawanan, melihat lain-Nya tidak dari persamaan-Nya,
dan Dia menciptakan tidak dari hasil
persenggamaan, kerjasama dan latihan.
Bagi-Nya nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang luhur. Dia berbuat apa yang dikehendaki dan
menundukkan hamba-Nya pada hikmah-Nya. Tidak berjalan dalam kekuasaan-Nya kecuali apa yang dikehendaki-Nya dan tidak akan terjadi dalam
kerajaan-Nya melainkan telah
didahului oleh suatu ketentuan.
Dia Tuhan Pencipta rezeki hamba-hamba-Nya, yang baik maupun yang buruk, direproduksi-Nya pula apa yang ada di dalam, baik yang kasat maupun yang tak
kasat mata, berujud atau hanya berupa bayang-bayang, para rasul diutus-Nya kepada seluruh umat tanpa Dia harus terikat dengan kewajiban,
diharuskannya manusia menyembah melalui lidah para Nabi, semoga Allah melimpahkan rahmat dan dalam-Nya, dengan sesuatu yang tak ada bagi
siapa saja yang mampu mengecam maupun menentang-Nya (berpaling), diperkuat-Nya
Nabi kita Muhammad SAW dengan
beberapa mukjizat yang tampak dan ayat-ayat yang indah, dengan sesuatu yang
menyingkirkan uzur, mempertegas
keyakinan dan mengidentivikasikan kemungkaran. Allah juga menjaga kecemerlangan Islam setelah kewafatan Nabi-Nya yang mulia dengan para khalifah
yang diberi petunjuk, kemudian memelihara yang haq dan menolongnya dengan memberi
penjelasan berupa argumen-argumen agama melalui lidah para wali-Nya, menjaga umat yang bersih dari
masyarakat yang sesat, memotong materi (ajaran) yang salah dengan dalil yang
mantap, dan memenuhi apa yang telah dijanjikan-Nya berupa kemenangan agama dengan firman-Nya berupa kemenangan agama:
No comments:
Post a Comment